Kaligrafi merupakan kata serapan dari bahasa Yunani yang berarti “menulis indah”. Di Indonesia, seni tulis ini sudah cukup lama ada dan sering dikaitkan dengan religi. Sejarah mencatat bahwa kaligrafi merupakan media yang banyak dipakai dalam mengembangkan kebudayaan arab dan seni Islam sejak abad ke-14.
Banyak faktor yang mempengaruhi keindahan seni kaligrafi. Bukan sekedar dari bentuk huruf hurufnya, keindahan kaligrafi juga ditentukan dari komposisi warna dan bentuk ornament yang mengelilinginya.
Kaligrafi Sebagai Seni
Secara umum kaligrafi banyak diaplikasikan langsung pada dinding. Namun bukan berarti dinding adalah satu-satunya media untuk kaligrafi. Kaligrafi bisa dibuat di atas permukaan tembaga yang dikerjakan dengan teknik ketok pada dasar plat tembaga, permukaan kuningan dengan teknik etching dan ketok, permukaan cermin akrilik, permukan kanvas dan permukaan kertas. kaligrafi yang ditulis di atas kertas biasanya berbentuk tulisan naskah yang pada prose pembuatannya mengacu pada pedoman qawa’idul al-khat.
Kaligrafi juga bisa dibuat dari bahan kayu, baik kayu solid atau MDF (Medium density fibreboard). Beberapa ornament kaligrafi kayu banyak dibuat sebagai border dinding atau hiasan yang digantung di dinding.
Karena merupakan sebuah seni, kaligrafi juga dikembangkan dengan pendekatan seni lukis. Beberapa seniman kaligrafi membuat kaligrafi di atas kain kanvas sebagai sebuah lukisan utuh yang memiliki arti kesatuan antara tulisan dan lukisan.